Agungkan Bapak Turki, tapi Beri Tempat Kenang Imam Susu
Sejarah bisa dikisahkan dengan memikat. Salah satu yang piawai meengemas sejarah bangsa adalah Turki. Jantungnya ada di mausoleum Mustafa Kemal Attaturk, sang bapak Turki. Berikut laporan dari tempat yang diziarahi jutaan orang itu.
ROHMAN BUDIJANTO, Ankara
TAK ada tempat sebagus Rasateppe untuk bisa melihat seluruh Ankara. Dari tempat yang berarti ''bukit pengamatan'' inilah bisa dilihat seantero ibu kota Turki ini. Tapi, tentu bukan itu sebabnya kalau tempat tersebut tahun lalu dikunjungi lebih dari 11 juta orang. Di sanalah bangsa Turki membaringkan jasad Mustafa Kemal Attaturk dalam sebuah bangunan sangat megah mausoleum (anitkabir).
Kemegahan tempat itu bisa dirasakan mulai jalan masuk yang lebar, sepanjang 262 meter. Di kiri kanannya terdapat 12 pasang patung singa. Pengukirannya dengan gaya zaman perunggu Hitti. Setelah jalan singa itu, tibalah di lapangan luas berlantai batu sepanjang 129 meter dan lebar 84 meter atau sekitar satu hektare. Sebanyak 15 ribu orang bisa berkumpul di sana.
Lapangan itu dikelilingi bangunan bertiang balok-balok sangat tinggi. Megah, mirip kemegahan kompleks bangunan Romawi atau Yunani di masa kejayaannya. Bangunan utamanya, tentu, tempat jenazah Attaturk dibaringkan. Selebihnya bangunan pendukung dan koridor bagi pengunjung.
Setiap sudut dan ruang di mausoleum, yang sekaligus museum perjuangan kemerdekaan Turki, dijaga ketat. Puluhan penjaga berpostur tegap dan nyaris sama tingginya. Mereka berjas hitam dan menenteng walkie talkie. Meski berwajah serius, mereka cukup tanggap ketika ditanya pengunjung.
Di gerbang utama anitkabir ada tentara berdiri tegak. Mereka masing-masing berpasangan, berdiri di kiri kanan pintu masuk. Mereka bersenjatakan senapan mengilap. Posturnya lebih tinggi daripada penjaga rata-rata karena mereka polisi militer.
Ternyata mereka bisa menjadi ''atraksi'' tambahan bagi pengunjung. Sebab, setiap 15 menit mereka berganti posisi. Banyak pengunjung menoleh ketika terdengar suara ''prok!'', yakni entakan pertama dan terakhir mereka. Banyak pengunjung tersenyum. Kadang para penjaga juga ikut mesem.
Batu kubur Attaturk tak bisa dilihat langsung. Bangunan utama itu diwakili sarkofagus berupa kotak batu 40 ton. Mirip peti mati, tapi lebih besar. Di depannya ada lingkaran tempat menempatkan karangan bunga mawar. Yang atas bunga merah, yang bawah bunga putih. Ketika diraba, ternyata bunga plastik.
Batu kubur Attaturk, yang berada di ruang segi delapan di bawah sarkofagus itu, bisa dilihat lewat televisi layar datar di ruang museum. Kuburan itu berupa persegi panjang biasa. Tanpa nisan. Sekelilingnya ada pagar berbentuk segi delapan, simbol kejayaan Ottoman.
Setelah dari sarkofagus di balai kehormatan yang sunyi itu, pengunjung masuk ke ruang museum dan diorama. Balai kehormatan itu adalah tempat terakhir boleh memotret. Di museum, gambar pertama di kotak kaca benda-benda memorial Attaturk adalah foto ayah ibunya. Ayahnya berkopiah Turki, ibunya berkerudung. Ini agak ironis karena jilbab saat ini menjadi persoalan dalam sekularisme Turki.
Istri Attaturk sendiri juga berjilbab. Tapi, tak ada fotonya di museum itu. Dia bisa dilihat di situs milik Merve Kavakci, wanita yang juga politikus Turki. Dia adalah anggota parlemen yang kemudian diteriaki, diusir, dan digelandang keluar dari gedung parlemen saat akan dilantik. Gara-garanya, dia berjilbab seperti 60 persen wanita Turki. Dia dianggap melanggar aturan sekularisme yang melarang wanita berjilbab berada di gedung pemerintah. Kini dia hijrah ke Amerika.
Lemari-lemari pajang berikutnya berisi benda-benda kenangan semasa hidup Attaturk. Ada pedang hadiah dari negara-negara lain, termasuk katana (pedang samurai) dari pangeran Jepang. Di antara koleksi senjata apinya, ada tongkat alat bantu jalan yang tenyata senapan (cane rifle). Lalu ada koleksi pecut, alat makan, drink set, uang Turki lama, alat merokok, buku catatan bertuliskan Arab, dan alat cukur. Juga ada alat fitnes kuno dari kayu dan rantai. Ada juga koleksi Attaturk dari putri angkatnya. Sabiha Gokcen memberinya pistol koboi Smith & Wesson buatan 1887. Sedangkan Rukiye Erkim mempersembahkan Alquran mini yang bisa jadi liontin kalung.
Masih banyak koleksi lain yang menandai perjalanan politik Attaturk. Di antaranya pelat alfabet huruf Latin yang diterima dari parlemen Turki pada 1 November 1928. Ini penanda perubahan abjad Turki, yang semula abjad Arab diganti huruf Latin. Attaturk sendiri sebelumnya menulis dengan huruf Arab, seperti terlihat di buku catatan tadi.
Yang juga disimpan adalah seragam militer Attaturk, pakaian biasa, syal, bahkan piyamanya. Agar bisa lebih menghidupkan suasana, ada kotak kaca yang di dalamnya terdapat manekin Attaturk sedang duduk di meja kerja. Wajahnya yang tegas bermata biru itu menatap pengunjung. Dia berjas lengkap hitam dan rambutnya yang pirang tersisir rapi ke belakang.
Di dekat ''kantor'' Attaturk ini ada sosok anjing. Ternyata anjing berbulu cokelat muda itu anjing kesayangan Attaturk yang diawetkan. Dia bernama Fox. Saat ini ada televisi Turki bernama Fox. Televisi ini, seperti pernah diceritakan, tak banyak mengekspos Ramadan.
Ketika melihat ruang memorabilia Attaturk itu terdengar dari ruang sebelah suasana perang. Ramai sekali. Seperti suara perang dari gedung bioskop. Ternyata di sanalah terletak diorama perang kemerdekaan Turki.
Diorama itu dibuat sangat cermat. Di bagian depan ada patung-patung tentara yang sedang perang atau meninggal, berikut patung senjata, parit perlindungan, meriam. Suasananya mirip perang. Di latar belakang berupa lukisan yang ''meneruskan'' patung-patung adegan perang itu. Lukisan itu berupa ledakan, kapal tenggelam, dan tentara di sekoci pengaman.
Perang laut di front Cannakkale pada 1914-1915 memang menjadi salah satu perang penting kemerdekaan Turki. Saat itu Attaturk menjadi komandan. Saat itu bangsa Turki dikeroyok bangsa imperialis, yakni Prancis, Inggris, Rusia, Australia, Belanda, Italia, dan Yunani. Turki diserang dari laut dan udara.
Yang dikenang di museum itu juga dari perlawanan di pedalaman.
Attaturk memimpin dengan mengobarkan semangat ''Ya istiklal, ya oklum''. Artinya, merdeka atau mati.
Pertempuran ini, selain memoncerkan nama Attaturk, juga melahirkan kepahlawanan Kopral Seyit. Tentara berpangkat rendah itu menjadi regu pengisi peluru meriam antikapal laut. Di tengah serangan dari armada kapal perang, pos Seyit ikut kena bom. Seluruh regu pengisi peluru tewas, kecuali Seyit.
Si Seyit ternyata tidak menyerah. Dia mengangkat peluru dan memasukkannya sendiri. Padahal, beratnya 275 kilogram. Di diorama ada patung Seyit mengangkat peluru dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Wajahnya meringis. Tapi, upayanya tak sia-sia. Dia berhasil mengangkat empat peluru. Dan, empat tembakan peluru itu menenggelamkan kapal perang andalan The Ocean milik Inggris.
Selain mengenang perang dari front Attaturk, museum menggambarkan perjuangan di pedalaman. Dikisahkan ada Imam Sutcu (Imam Susu) 1884-1922. Sosok dari wilayah di dekat Syria itu dijuluki begitu, karena selain menjadi imam masjid Uzun Oluk, dia pengantar susu.
Kalau hanya jadi pengantar atau penikmat susu, tentu dia tak akan jadi pahlawan. Karena marah melihat tentara Armenia yang berada di militer Prancis melecehkan perempuan muslim, dibunuhlah salah satu di antara mereka. Dia lalu diburu, tapi bisa mengobarkan perlawanan. Akhirnya setelah penjajah pergi, dia menjadi militer. Saat ditugasi menyiapkan salvo meriam untuk pelantikan pimpinan kota, ternyata mesiu itu meledak duluan. Sang Imam Susu tewas.
Kisah sejarah di Mausoleum Attaturk memang seru. Setidaknya cara menceritakannya sangat menawan. (bersambung)
Friday, September 26, 2008
Melihat Mausoleum Attaturk, Monumen Agung Turki Modern (1)
Posted by MasTam at 6:23 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Top Tips on the Game of Baccarat - The Worrione
If you're looking for the 온카지노 best game of Baccarat strategy, it's now time 바카라 to try out this game 메리트카지노 of Baccarat.
Post a Comment